Antara Adab dan Kebebasan: Jalan Sunyi Pesantren

- Jurnalis

Rabu, 22 Oktober 2025 - 08:25 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kabupaten Banjar, FENOMENA.ID – Belakangan ini publik dihebohkan dengan tayangan di salah satu stasiun televisi nasional yang menampilkan kehidupan pesantren dengan cara yang dinilai menyudutkan. Tayangan tersebut dianggap menggambarkan relasi antara kiai dan santri secara tidak proporsional, bahkan menuduh adanya praktik feodalisme di dunia pesantren.

Menanggapi hal itu, Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Muhammad HS menilai pandangan semacam itu lahir dari cara pandang yang sempit terhadap sesuatu yang begitu dalam, yakni “adab”.

Menurutnya, pesantren tidak dibangun di atas kekuasaan, melainkan di atas ketulusan dan keikhlasan. Pesantren bukan lembaga yang mendewakan guru, tetapi ruang pembentukan adab di mana setiap santri belajar menundukkan ego di hadapan ilmu.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

“ Budaya menundukkan diri di hadapan kiai atau mencium tangan guru yang sering dianggap feodal sejatinya adalah ekspresi cinta dan kerendahan hati,” ujar Muhammad HS.

Ia menjelaskan, seorang santri mencium tangan gurunya bukan karena rendah derajat, melainkan karena memahami bahwa ilmu tidak akan menetap di hati yang sombong. “Itu bukan tanda tunduk pada manusia, tapi simbol penerimaan berkah dari tangan yang mengajar dengan keikhlasan,” tambahnya.

Baca Juga :  16 Cabor Seks Gelaran Swedia, Mulai dari Rayuan Hingga Pose Terindah

Lebih jauh, Muhammad HS menegaskan bahwa dalam pandangan pesantren, kiai bukan penguasa atas santri, melainkan sosok pengasuh yang memandang mereka sebagai anak, murid, sekaligus amanah.

“ Banyak kiai hidup dalam kesederhanaan yang nyaris tak masuk akal makan bersama santri, tidur di rumah kayu, dan memberi ilmu tanpa pamrih. Mereka tidak kaya harta, tapi kaya hati. Tidak berkuasa, tapi dihormati karena ketulusan,” tuturnya.

Pesantren Pilar Moral Bangsa

Dalam sejarah Indonesia, pesantren telah menjadi pilar moral bangsa. Dari Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari di Jawa hingga Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Kalimantan Selatan, pesantren telah melahirkan generasi beradab yang mencintai tanah air dengan ketenangan dan kedalaman.

“Mereka mengajar, menulis, dan membangun masyarakat bukan karena mengejar kekuasaan, tapi karena cinta pada ilmu dan bangsa,” jelasnya.

Kritik yang Beradab

Muhammad HS juga menilai tuduhan feodalisme terhadap pesantren menunjukkan bahwa sebagian masyarakat mulai kehilangan pemahaman tentang makna adab. Ia mengingatkan, di era modern, kesetaraan sering disalahartikan sebagai kebebasan tanpa batas, sementara kritik mudah berubah menjadi cemoohan.

Baca Juga :  Ada Pengkhianatan dan Adu Domba, Pokja PWI Walikota Jakut: Dia Reinkarnasi Yudas

“ Pesantren tidak alergi terhadap kritik, tapi yang diharapkan adalah kritik yang cerdas dan berimbang, bukan yang meniadakan nilai-nilai luhur hanya demi sensasi,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa media memiliki tanggung jawab moral untuk menilai lebih dalam dan berimbang, karena yang mereka soroti bukan lembaga biasa, melainkan tempat lahirnya manusia berjiwa luhur.

Dalam tulisannya, Muhammad HS mengutip pesan KH. Hasyim Asy’ari:

“ Jangan jadikan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat dan menutup pintu kebaikan di mana saja.”

Jalan Sunyi yang Menjaga Adab

Menutup pandangannya, Muhammad HS menulis bahwa jalan pesantren memang sunyi tidak gemerlap, tidak viral, dan jarang tersorot media. Namun dari kesunyian itu lahir generasi yang tahu cara menunduk sebelum melangkah, menghormati sebelum berbicara, dan berjuang tanpa pamrih.

“ Selama masih ada santri yang mencium tangan gurunya dengan hormat, selama masih ada kiai yang mengajar dengan cinta, pesantren akan tetap hidup menjaga bangsa ini agar tidak kehilangan adab di tengah kebebasan yang sering salah arah,” pungkasnya.

Penulis : Gusdur

Editor : Mohammad Apriani

Berita Terkait

Resmi Diangkat, PPPK Tanah Bumbu Siap Mengabdi, Bupati Andi Rudi Latif : Ini Amanah Mulia
Bupati Tanah Bumbu Kukuhkan Bunda Literasi, Perkuat Komitmen Bangun Budaya Baca
Tak Berfungsi Dua Pekan, WiFi Kominfotik Jakut Ungkap Bobroknya Perawatan Aset Pemerintah
Siap Ukir Prestasi, Bupati Andi Rudi Latif Lepas Kontingen Tanah Bumbu Menuju Porprov XII Kalsel
Gemar Makan Ikan, Langkah Strategis Pemkab Tanbu Tingkatkan Gizi Anak
Generasi Muda Tanah Bumbu Didorong Adaptif Hadapi Tantangan Global
Festival Literasi BerAksi 2025 Resmi Ditutup, Dorong Literasi Jadi Gaya Hidup Masyarakat
Tim Induk Sekumpul Sampaikan Himbauan untuk Jemaah dan Warga Jelang Haul Guru Sekumpul ke-21

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 11:06 WITA

Resmi Diangkat, PPPK Tanah Bumbu Siap Mengabdi, Bupati Andi Rudi Latif : Ini Amanah Mulia

Rabu, 22 Oktober 2025 - 10:48 WITA

Bupati Tanah Bumbu Kukuhkan Bunda Literasi, Perkuat Komitmen Bangun Budaya Baca

Rabu, 22 Oktober 2025 - 08:25 WITA

Antara Adab dan Kebebasan: Jalan Sunyi Pesantren

Selasa, 21 Oktober 2025 - 18:54 WITA

Tak Berfungsi Dua Pekan, WiFi Kominfotik Jakut Ungkap Bobroknya Perawatan Aset Pemerintah

Selasa, 21 Oktober 2025 - 12:23 WITA

Siap Ukir Prestasi, Bupati Andi Rudi Latif Lepas Kontingen Tanah Bumbu Menuju Porprov XII Kalsel

Berita Terbaru

berita terkini

Antara Adab dan Kebebasan: Jalan Sunyi Pesantren

Rabu, 22 Okt 2025 - 08:25 WITA